Kitabisa menemukan kisah tentang asal mula Telaga Warna di Jawa Barat dalam buku tematik kelas 4 tema 8, halaman 2. Kisah tersebut ada di dalam teks berjudul "Asal Mula Telaga Warna". O iya, ada beberapa pertanyaan yang perlu kita jawab setelah membaca teks tersebut. Nah, di bawah ini ada kutipan teks "Asal Mula Telaga Warna" dan daftar

Laporan Wartawan Naufal Fauzy CISARUA - ‎Jika anda sedang berwisata ke Puncak Bogor, tidak salahnya Anda mampir ke objek wisata Telaga Warna. Objek wisata alam yang terletak di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor ini menawarkan kesejukan dan keindahan alam. Mitos air danau yang dapat berubah warna pun menjadi daya tarik tersendiri objek wisata tersebut. Meski menjadi wisata yang terbilang populer di Kawasan Puncak, masih banyak yang belum mengetahui bagaimana asal usul terbentuknya danau tersebut. Seperti halnya Koordinator Lapangan Lintas Daya Kreasi LDK Pemegang pengusahaan, Fredy Sulaiman. Dirinya mengaku tidak begitu tahu secara pasti asal muasal Telaga Warna walaupun dirinya asli warga Bogor. Baca Telaga Warna Puncak Bogor, Danau Berwarna Hijau Ini Tempat Favorit Pasangan Kekasih "Soal masalah sejarah, saya juga kurang begitu tahu sih, tapi kalau melihat tulisan-tulisan dari pihak pengelola wisata, dulu kenapa jadi Telaga Warna, seperti itu," ujar Freddy Sulaiman, Koordinator Lapangan Lintas Daya Kreasi LDK perusahaan pengelola obyek wisata Telaga Warna kepada Sementara itu, berdasarkan informasi sejarah yang tertulis di lokasi wisata tersebut, konon di kawasan Puncak‎, dulu terdapat kerajaan yang bernama Kutatanggeuhan yang dipimpin oleh Prabu Sawarna Jaya. Diceritakan, pada suatu saat, putri raja yang bernama Gilang Rukmini menginginkan rambutnya untuk dihias emas permata. Namun, Gilang Rukmini marah karena tidak puas dengan‎ perhiasan yang diberikan sang raja, kemudian sang putri itu melempar semua perhiasannya. Di saat yang bersamaan, bumi berguncang dan dari permukaan tanah muncul mata air‎ hingga membentuk danau yang akhirnya menenggelamkan Kerajaan Kutatanggeuhan beserta isinya. Kemudian dari dasar danau tersebut memancarkan cahaya warna-warni. JawabanBacaan Asal Mula Telaga Warna 1 Lingkungan Tempat Tinggalku Tempat tinggal adalah tempat manusia menetap untuk berteduh dari keadaan alam, serta tempat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam menjalani hidup. Tempat tinggal manusia biasanya berwujud rumah. Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Telaga Warna menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi turis lokal dan internasional. Namun, sudah tahukah kamu tentang cerita rakyat terbentuknya asal mula Telaga Warna? Kalau belum, langsung simak ulasannya di sini, yuk!Di Indonesia, terdapat dua telaga warna yang menjadi tujuan wisata populer, yakni Telaga Warna di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat dan Telaga Warna di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Dalam artikel ini akan diulas mengenai legenda asal mula Telaga Warna di Jawa yang sudah diceritakan secara turun-temurun ini mengandung pesan moral yang barangkali bisa kamu petik. Selain itu, fakta-fakta menarik yang berkaitan dengan telaga ini juga bisa menambah Tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang asal usul Telaga Warna di Jawa Barat? Kalau iya, mari simak ulasan yang dilengkapi pembahasan unsur intrinsiknya di bawah ini, yuk! Sumber Instagram – _itskhan Dalam kisah asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, diceritakan bahwa pada zaman dahulu di daerah tersebut berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kutatanggeuhan. Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Suwartalaya sebagai raja dan sang permaisuri yang bernama Ratu Purbamanah. Di bawah kepemimpimpinan Prabu Suwartalaya, rakyat yang tinggal di Kerajaan Kutatanggeuhan hidup dalam kemakmuran dan ketenteraman. Sayangnya, kebahagiaan yang dirasakan oleh rakyat Kutatanggeuhan tidak dialami oleh sang raja dan ratu yang belum kunjung dikaruniai anak. Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah telah mencoba beragam cara untuk mendapatkan momongan, salah satunya adalah dengan meminum ramuan yang dikonsumsi oleh raja dan ratu. Selain itu, pasangan suami istri ini juga telah mengundang banyak dukun untuk bisa membacakan mantra-mantra agar sang ratu segera hamil. Penasihat kerajaan kemudian menyarankan raja dan ratu untuk mengangkat anak yatim piatu saja karena masih banyak anak dari perwira dan prajurit yang ditinggal oleh orangtua mereka setelah gugur di medan perang. Namun, Prabu Suwartalaya menganggap kalau anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Meskipun masih memimpin dengan bijaksana, tapi Prabu Suwartalaya sering didapati sedang murung ketika sendirian. Begitu pun dengan Ratu Purbamanah yang terus menangis karena harapannya untuk mendapatkan momongan tak segera dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Usaha Terakhir Raja dan Ratu Selanjutnya dalam dongeng asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, dikisahkan bahwa akhirnya Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah pamit meninggalkan kerajaan sementara waktu. Sang raja kemudian meminta penasihat dan orang-orang kepercayaannya untuk memerintah dan menjaga kerajaan selama ia dan istrinya bertapa. Sang raja dan ratu kemudian bertapa selama berminggu-minggu dan hanya mengucapkan satu permintaan dalam doa mereka, yakni agar segera dikaruniai anak. Hingga akhirnya pada suatu hari ada suara yang menjawab doa mereka. Mula-mula, suara tanpa wujud itu menanyakan apa permintaan Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Pasangan suami istri itu kemudian menjawab ingin mempunyai anak. Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa sang raja dan ratu tidak mau mengangkat anak dan dijawab oleh Prabu Suwartalaya bahwa mereka tidak ingin anak angkat, tapi anak kandung. Lalu, suara itu kemudian menyuruh Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah untuk pulang ke Kerajaan Kutatanggeuhan. Beberapa minggu setelahnya, permaisuri menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Berita hamilnya sang ratu akhirnya menyebar hingga ke seluruh wilayah kerajaan dan disambut dengan suka cita oleh raja, orang-orang kerajaan, dan rakyat. Setelah kurang lebih sembilan bulan, sang permaisuri akhirnya melahirkan seorang bayi perempuan cantik yang diberi nama Putri Gilang Rukmini. Baca juga Dongeng Kancil dan Buaya Beserta Ulasannya yang Akan Membuatmu Terkesan! Awal Mula Bencana Sebagai satu-satunya putri kerajaan, Gilang Rukmini diperlakukan dengan istimewa. Apa pun yang ia pinta akan berusaha semaksimal mungkin diwujudkan oleh raja dan ratu. Selain itu, rakyat juga ikut memberikan hadiah-hadiah yang mewah kepada sang putri. Terbiasa mendapatkan perlakuan spesial dari orangtua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan, Gilang Rukmini akhirnya tumbuh menjadi putri cantik jelita yang manja. Kecantikannya sendiri tak ada yang menandingi, wanita-wanita lain di seluruh negeri tidak bisa dibandingkan dengan putri dari Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah ini. Saat usia Gilang Rukmini menginjak usia tujuh belas tahun, Kerajaan Kutatanggeuhan mengadakan perayaan besar dan meriah untuk sang putri tercinta. Rakyat pun ikut berlomba-lomba untuk memberikan hadiah berharga, yakni perhiasan emas dan permata untuk sang putri. Prabu Suwartalaya kemudian mengumpulkan hadiah perhiasan emas dan permata untuk dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih indah ke seorang empu. Ketika hari perayaan tiba, perhiasan dari sang raja telah berhasil diubah menjadi kalung emas yang indah oleh sang empu. Raja dan ratu sangat mengagumi kalung indah itu dan yakin putri kesayangan mereka akan menyukai kadonya. Seluruh rakyat pergi berbondong-bondong ke halaman istana untuk merayakan ulang tahun putri Gilang Rukmini. Terbentuknya Telaga Warna Di depan rakyat yang ia pimpin, Prabu Suwartalaya disaksikan oleh istrinya memberikan perhiasan kalung indah kepada Gilang Rukmini. Namun, tak disangka ternyata sang putri tidak mau menerima kado dan melemparkan kalung itu di depan orangtua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan. Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut kaget dan hanya bisa diam. Tak lama, terdengarlah isakan tangis Ratu Purbamanah. Ibunda sang putri kemudian mengatakan betapa sakit hatinya melihat kelakuan Gilang Rukmini yang tidak tahu terima kasih. Kesedihan yang dirasakan oleh Ratu Purbamanah membuat rakyat ikut berderai air mata, terutama kaum wanita. Di tengah-tengah ramainya tangisan, tiba-tiba terjadilah suatu keajaiban. Mata air muncul di halaman istana dan lama-lama semakin membesar. Air deras yang terus keluar dari dalam bumi itu kemudian menenggelamkan rakyat, raja dan ratu, putri, serta siapa saja yang ada di sekitar istana. Banyaknya volume air kemudian menenggelamkan istana dan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan yang akhirnya menciptakan sebuah telaga. Telaga yang airnya selalu menampilkan warna yang berbeda-beda di bawah sinar matahari itu kemudian dijuluki Telaga Warna. Warna-warna itu diduga merupakan pantulan dari peninggalan perhiasan-perhiasan putri Gilang Rukmini yang ada di dasar telaga. Baca juga Legenda Joko Kendil Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik dan Seru untuk Disimak Unsur Intrinsik Asal Mula Telaga Warna Sumber Instagram – haniffakhry_ Setelah menyimak tentang cerita lebih lanjut mengenai asal mula Telaga Warna di Jawa Barat, saatnya kamu mengetahui apa saja unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Informasinya dapat kamu simak di pembahasan berikut 1. Tema Tema dari legenda Telaga Warna di atas adalah perilaku durhaka seorang anak terhadap orangtua. Di akhir cerita, musibah air bah yang keluar dari dalam bumi akhirnya menenggalamkan seluruh penduduk kerajaan. 2. Tokoh dan Perwatakan Terdapat tiga tokoh utama yang memiliki peran penting dalam kelangsungan kisah Telaga Warna di Jawa Barat. Sebut saja Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah, dan Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya adalah raja yang setia, bijaksana, dan berhasil memimpin kerajaannya menjadi makmur dan tentram. Selain itu, ia juga merupakan sosok ayah yang penuh kasih sayang. Sementara itu, Ratu Purbamanah digambarkan sebagai karakter yang tabah dan berhati lemah lembut. Kasih sayangnya kepada sang putri juga tidak bisa dipertanyakan lagi. Memiliki paras yang cantik, karakter Putri Gilang Rukmini sendiri cenderung manja dan selalu ingin dipenuhi keinginannya. Selain itu, ia juga tidak bisa menghargai pemberian orang lain. 3. Latar Berdasarkan jalan cerita dalam kisah Telaga Warna di Jawa Barat, setidaknya ada tiga latar yang dipakai. Pertama adalah istana tempat kediaman Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah, kemudian tempat di mana sang raja dan ratu bertapa, dan terakhir adalah halaman istana di mana perayaan ulang tahun Putri Gilang Rukmini digelar. 4. Alur Berdasarkan jenisnya, alur cerita rakyat terbentuknya Telaga Warna di Jawa Barat termasuk dalam alur maju atau progresif. Bagian awal kisah menceritakan tentang Kerajaan Kutatanggeuhan yang sejahtera dan tenteram. Selanjutnya, konflik dibangun dengan munculnya masalah raja dan ratu yang tidak memiliki keturunan. Ketika Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah akhirnya dikaruniai putri yang cantik jelita, sikap mereka yang terlalu memanjakan putri tercinta menjadi bumerang di kemudian hari. Puncak konflik terjadi ketika Putri Gilang Rukmini melempar kalung yang sebenarnya adalah hadiah dari rakyat dan orangtuanya. Cerita kemudian ditutup dengan munculnya sumber mata air dari dalam bumi yang akhirnya menenggelamkan Kerajaan Ketatanggeuhan. Wilayah kerajaan yang tenggelam itu kemudian menjadi sebuah telaga. 5. Pesan Moral Dari asal mula Telaga Warna di Jawa Barat di atas, kamu dapat mengambil pesan moral yang bisa diterapkan dalam hidup. Amanat pertama adalah untuk menghargai pemberian orang lain dalam bentuk apa pun. Selanjutnya, jangan bersikap durhaka kepada orangtua karena mereka adalah orang-orang yang telah merawatmu sejak kecil. Jika memang berselisih pendapat, selesaikan dengan baik-baik. Amanat terakhir adalah untuk tidak terlalu memanjakan anak. Jika memang ingin menumbuhkan kepribadian yang baik pada anak, perilakukan ia sewajarnya saja. Apa pun yang terlalu berlebihan itu tidak baik. Kamu juga bisa mengambil unsur ekstrinsik dari cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat. Sebut saja norma yang berlaku di masyarakat yang terdiri dari, nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Legenda Lutung Kasarung dan Putri Purbasari Beserta Ulasan Menariknya Fakta Menarik Sumber Instagram – lutfihasibulawal Sudah puas menyimak ulasan tentang cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat? Kalau iya, kali ini informasi berikut akan mengulas seputar fakta-fakta menarik yang berhubungan dengan telaga tersebut. Yuk, simak! 1. Perubahan Warna Telaga Lewat Ilmu Sains Jika sinar matahari tidak ditutupi oleh awan, maka kamu bisa melihat perubahan warna yang dipantulkan telaga. Kadang warnanya bisa hijau menyatu dengan pepohonan yang ada di sekeliling telaga, kadang juga berubah menjadi kuning gelap, kuning terang, ataupun cokelat. Secara ilmiah, pergantian warna itu sebenarnya disebabkan oleh ganggang yang tumbuh di telaga. Tumbuhan jenis algae itu hidup memenuhi telaga dan bisa mempengaruhi warna air. 2. Dijadikan Obyek Wisata Meskipun terlahir dari legenda yang menyedihkan, Telaga Warna sebenarnya merupakan salah satu destinasi wisata yang populer di Jawa Barat. Banyak turis dari dalam dan luar negeri yang mengunjungi tempat wisata ini. Beragam kegiatan dapat kamu lakukan ketika mengunjungi Telaga Warna. Beberapa di antaranya adalah naik sampan hingga ke tengah danau, naik wahana flying fox, dan memberi makan monyet liar yang tinggal di sekitaran telaga. Tak lupa, kamu juga bisa mengobrol dan mengambil foto-foto keren berlatar belakang pemandangan alam yang indah. Asal Mula Telaga Warna yang Berisikan Pesan Moral yang Bijaksana Demikian cerita rakyat Telaga Warna di Jawa Barat yang dapat kami rangkum. Apakah kamu tertarik untuk membagikan kisah di atas kepada anak ataupun keponakan-keponakan kesayanganmu? Jika tertarik dengan cerita-cerita rakyat lainnya, maka kamu perlu sering-sering mengunjungi situs PosKata. Beberapa kisah menarik yang mungkin bisa kamu simak adalah legenda Situ Bagendit, kisah Malin Kundang, dan asal usul Kota Banyuwangi. Selamat membaca! PenulisAulia DianPenulis yang suka membahas makeup dan entertainment. Lulusan Sastra Inggris dari Universitas Brawijaya ini sedang berusaha mewujudkan mimpi untuk bisa menguasai lebih dari tiga bahasa. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
2 Wayang kulit Banjar, yang sesuai namanya berkembang di Banjar, Kalimantan Selatan.Masyarakat kerajaan Banjar awalnya memang telah mengenal seni wayang kulit ini dimulai dari awal abad ke-14. 3. Wayang siam yang terkenal di Kelantan, Malaysia. Wayang Siam sendiri merupakan sebuah pertunjukkan wayang one man show, dimana bahasa-bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu.

Asal-Usul Telaga Warna Jawa BaratDi daerah Jawa Barat terdirilah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Prabu yang baik dan bijaksana. Di daerah tersebut pada kepemimpinan Prabu, semua rakyat hidup tenteram dan disayangkan kebahagiaan rakyatnya tidak dirasakan juga oleh prabu dan permaisurinya. Sudah berthaun-tahun mereka masih belum mendapatkan seorang anak yang nantinya akan menggantikan kedua orang tuanya untuk memimpin kerajaan. Suatu ketika sang prabu pergi ke hutan untuk berdoa dan meminta kepada Yang Maha Kuasa agar dirinya mendapatkan seorang usaha dan doa prabu dan permaisuri terkabul. Diberitahukanlah kabar gembira tentang kepada seluruh penghuni kerajaan tentang kehamilan permaisuri. Kemudian di usia kandungan yang ke 9 bulan, Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik puteri pun tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita, puteri adalah seorang anak yang ditunggu-tunggu sangat lama dan menjadi puteri satu-satunya dari sang raja dan permaisuri. Maka semuanya penghuni kerajaan sangat memanjakannya, setiap keinginannya selalu terasa sebentar lagi sang puteri akan berusia tujuh belas tahun, ia menjadi seorang gadis remaja yang cantik jelita. Banyak hadiah yang sudah dikumpulkan oleh rakyat kerajaan untuk diberikan kepadany. Kemudian sang prabu mengumpulkan kembali semua hadiah-hadiah dari rakyat dan akan dibagikannya lagi kepada emas dan permata yang disisakan oleh sang prabu. Dan prabu pun pergi ke tukang perhiasan untuk meminta dibuatkan sebuah kalung permata yang bagus dan indah dilihatnya untuk saatnya tiba yaitu pada ulang tahun sang puteri, diberikanlah kalung tersebut kepada puteri. “Puteriku yang cantik, kau terlihat sudah dewasa sekarang. Ambil dan pakailah kalung yang sangat indah ini. Kalung ini pemberian dari rakyat kita, mereka semua sangat menyayangimu.”Dengan sengaja rakyat kerajaan datang ramai-ramai agar bisa melihat kalung yang sangat indah dan juga bertaburan oleh batu permata yang berwarna-warni itu dapat meghias leher sang puteri pada saat ulang dilirik saja kalung itu oleh puteri. Melihat respon yang diberikan puteri, prabu dan permaisuri meminta dan menyuruhnya untuk memakai kalung tersebut. Jawab puteri kepada orang tua, ” Aku tidak mau.”Diambilnya kalung tersebut oleh permaisuri untuk dipakaikannya dileher puterinya, permaisuri berkata “Ayolah, nak, kamu pakai kalung ini.”Ditepisnya kalung itu oleh puteri, kemudian berhamburan dilantai. Sambil teriak dan berlari ke kamarnya, “Kalung itu jelek dan aku tidak ingin memakainya!!”Kalung indah yang berwarna-warni itu kemudian putus dan berhamburan dilantai, semua yang datang dan permaisuri pun terkejut dengan apa yang sudah diakukan oleh sang permaisuri tak kuasa menahan air matanya, ia pun duduk dan menangis. Semua perempuan dan pria yang datang pun ikut menangis. Mereka tak menyangka kalau sang puteri bisa melakukan hal seperti itu, bahkan membuat permaisuri sampai sebuah mata air dari tempat kalung itu terjatuh, semakin lama semakin besar mata air tersebut sehingga membuat tenggelamnya istana. Bukan hanya istana saja, bahkan seluruh kerajaan pun ikut tenggelam sampai akhirnya terbentuklah sebuah danau yang danau itu sudah tidak selebar dulu. Namun, airnya terlihat sangat indah dengan warna-warni disebabkan pantulan dari warna langit dan pohon-pohon disekitarnya. Bahkan orang-orang sangat mempercayai kalau warna-warni indahnya danau itu berasal dari kalungnya sang puteri yang dulu ditepisnya dan berada didasar danau tersebut. Telaga Warna untuk sebutan danau itu, terletak di daerah Puncak, Jawa Barat.

LokasiTelaga Warna yang terletak di wilayah Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mampu menarik perhatian wisatawan. Betapa tidak, Telaga Warna ini memiliki keunikan tersendiri seperti pada permukaannya yang selalu berubah-ubah warna. Sesekali berwana hijau dan di waktu yang lain berubah menjadi putih kekuningan
Telaga Warna Dieng adalah salah satu objek wisata yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni Legenda Dari Jawa Barat Jaman dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Sayang Prabu dan Ratu belum dikaruniai keturunan sehingga mereka selalu merasa kesepian. Rakyat pun sangat mengkhawatirkan keadaan ini, karena siapa yang akan menggantikan Prabu dan Ratu kelak? Akhirnya Raja memutuskan untuk bersemedi. Dia pergi ke gunung dan menemukan sebuah gua. Disanalah dia bersemedi, berdoa kepada Tuhan supaya dikaruniai keturunan. Setelah berhari-hari Prabu Suwartalaya berdoa, suatu hari tiba-tiba terdengar suara gaib. “Benarkah kau menginginkan keturunan Prabu Suwartalaya?” kata suara gaib tersebut. “Ya! Saya ingin sekali memiliki anak!” jawab Prabu Suwartalaya. “Baiklah! Doamu akan terkabul. Sekarang pulanglah!” kata suara gaib. Maka Prabu Suwartalaya pun pulang dengan gembira. Benar saja beberapa minggu kemudian, Ratu pun mengandung. Semua bersuka cita. Terlebih lagi ketika sembilan bulan kemudian Ratu melahirkan seorang putri yang cantik. Dia diberi nama Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya mengadakan pesta yang meriah untuk merayakan kelahiran putri mereka. Putri Gilang Rukmini pun menjadi putri kesayangan rakyat Kutatanggeuhan. Beberapa tahun telah berlalu, putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Sayang putri Gilang Rukmini sangat manja dan berperangai tidak baik, mungkin karena Prabu dan Ratu sangat memanjakannya. Maklumlah anak semata wayang. Apapun yang diminta oleh putri pasti segera dituruti. Jika tidak putri akan sangat marah dan bertindak kasar. Namun rakyat tetap mencintainya. Mereka berharap suatu hari perangai putri akan berubah dengan sendirinya. Seminggu lagi putri Gilang Rukmini akan berusia tujuh belas tahun. Prabu Suwartalaya akan mengadakan pesta syukuran di istana. Semua rakyat boleh datang dan memberikan doa untuk putri Gilang Rukmini. Rakyat berkumpul dan merencanakan hadiah istimewa untuk putri kesayangan mereka. Akhirnya disepakati bahwa mereka akan menghadiahkan sebuah kalung yang sangat indah. Kalung itu terbuat dari emas terbaik dan ditaburi batu-batu permata yang beraneka warna. Maka rakyat dengan sukarela menyisihkan uang mereka dan mengumpulkannya untuk biaya pembuatan hadiah tersebut. Mereka memanggil pandai emas terbaik di kerajaan untuk membuatnya. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Rakyat berduyun-duyun datang ke halaman istana tempat pesta ulang tahun putri Gilang Rukmini diadakan. Di depan istana sudah berdiri sebuah panggung yang megah. Rakyat bersorak-sorai saat Prabu dan Ratu menaiki panggung. Apalagi ketika akhirnya putri Gilang Rukmini keluar dari istana dan melambaikan tangannya. Rakyat sangat gembira melihat putri yang cantik jelita. Pesta pun berlangsung dengan meriah. Kini tiba saatnya rakyat mempersembahkan hadiah istimewa mereka. Mereka memberikan kotak berisi hadiah itu kepada putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya membuka kotak tersebut dan mengeluarkan kalung beraneka warna yang sangat indah dan memberikannya kepada putri Gilang Rukmini. putri Gilang Rukmini memandang kalung itu dengan kening berkerut. Prabu Suwartalaya memandang putrinya, “Ayo nak, kenakan kalung itu! Itu adalah tanda cinta rakyat kepadamu. Jangan kecewakan mereka nak!” “Iya putriku. Kalung itu sangat indah bukan. Ayo kenakan! Biar rakyat senang,” kata Ratu Purbamanah. “Bagus apanya? Kalung ini jelek sekali. Warnanya norak, kampungan! Aku tidak mau memakainya!” teriak putri Gilang Rukmini. Dia membanting kalung itu ke lantai hingga hancur. Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan rakyat Kutatanggeuhan hanya bisa tertegun menyaksikan kejadian itu. Lalu tangis Ratu Purbamanah pecah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya. Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Kini danau itu masih bisa kita temui di daerah Puncak, Jawa Barat. Danau itu dinamakan Telaga Warna, karena jika hari cerah, airnya akan memantulkan cahaya matahari hingga tampak berwarna-warni. Katanya, itu adalah pantulan warna yang berasal dari kalung putri Gilang Rukmini. Sejarah Telaga Warna Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaanbijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram. yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Asal Usul Telaga Warna Alkisah Pada Zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan adalah kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang serta sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya serta permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangatlah bijaksana sampai kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram. Semua sangat menyenangka Sayangnya, Prabu dan istrinya belum dikaruniai anak. Hal tersebut membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, supaya mereka mengangkat anak. Tetapi Prabu dan Ratu tidak setuju. Buat kami, anak kandung merupakan lebih baik dari pada anak angkat, kata mereka. Ratu sering murung dan menangis Prabu pun ikut sedih melihat istrinya itu. Kemudian Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana Prabu terus meminta berdoa, supaya dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan tersebut terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu ikut senang. 9 bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberi nama Gilang Rukmini . Penduduk negeri juga kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi tersebut tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, dia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa saja yang dia inginkan. Tetapi itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tak terpenuhi, gadis tersebut akan marah. Dia bahkan sering berkata kasar. Meskipun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan menginjak usia 17 tahun, Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana, Mereka membawakan aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, kemudian menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, dia bisa memakainya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan juga permatadia membawanya ke ahli perhiasan. Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku, kata si Prabu. Dengan senang hati, Yang Mulia kata ahli perhiasan. Dia kemudian bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Dia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena dia sangat menyayangi Putri. Hari ulang tahun pun tiba,Penduduk negeri berkumpul di taman istana. Saar Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat semakin terdengar, saat Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya itu. Prabu kemudian bangkit dari kursinya. Kalung yang indah telah dipegangnya. Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini padamu. Kalung ini adalah pemberian orang-orang dari penjuru negeri Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka senang melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak kata si Prabu. Putri menerima kalung itu,Kemudian dia melihat kalung itu sekilas. Aku tak mau memakainya,Kalung ini jelek! kata Putri. Kemudian dia melempar kalung itu,Kalung yang indah itu pun rusak,Emas dan permatanya berserakan di lantai. Hal tersebut sangat mengejutkan Tak seorang pun menyangka Putri akan berbuat semacam itu. Tak ada seorang pun bicara,Suasana hening .Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamana, Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya,Akhirnya semua juga meneteskan air mata, sampai istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis sampai air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang sangat deras, makin lama makin banyak. Sampai akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam serta terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Di hari yang cerah kita bisa melihat danau itu dipenuhi warna yang indah dan mengagumkan. Warna tersebut berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, serta langit di sekitar telaga. Tetapi orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang berserakan di dasar telaga. Misteri Telaga Menjer Telaga menjer merupakan obyek wisata yang terletak 5 Km dari Pusat kota Wonosobo, Kawasan pariwisata Telaga Menjer ini memanfaatkan potensi alam berupa telaga dengan keindahan alam pegunungan disekitarnya. Telaga menjer disamping diupayakan untuk kawasan pariwisata, juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik Tenaga air PLTA dengan demikian disamping kelestarian alamnya yang harus dilindungi kondisi lingkunganya juga harus dijaga terhadap pencemaran lingkungan terutama pencemaran sampah. Telaga menjer, sebuah telaga yang berbentuk kerucut dengan kedalaman 147 m. Dizaman Ratu Pramodhawardhani abad VII-VIII M sekitar awal tahun1980 telaga ini pernah dikuras, karena disinyalir pada bagian bawahnya ada kebocoran. Tenaga ahli yang menguras air telaga itu di datangkan dari Rusia, yang kemudian dilanjutkan oleh tenaga ahli dari Jepang dalam rangka pembuatan pembangkit listrik tenaga air. Alasan pengurasan air telaga itu, air dari dua aliran sungai diatasnya yang ditampung di telaga Menjer selama 2 x 24 jam air tersebut tidak bisa masuk kedalam terowongan dan sama sebelum air dari dua sungai itu dimasukkan kedalam telaga, yaitu 25 cm dibawah tepian. Terlepas dari debut air yang masuk ke dalam telaga, bahwa telaga Menjer merupakan sebuah obyek wisata yang mengasyikan, karena berada di ketinggian 700 dpl dengan suhu 22-27 derajat celsius. Telaga warna menyimpan sebuah misteri / mitos yang masih di percaya sebagaian masyarakat Wonosobo, yaitu “Apabila ada sepasang kekasih yang berkunjung ketelaga warna, di yakini hubunganya akan segera berakhir / putus”. Sampai dengan sekarang sepasang kekasih menolak untuk berkunjung ke Telaga Warna pasalnya dihantui ketakukan akan mitos itu. Naskah Drama Telaga Warna Babak 1 Narator Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang sangat tentram dan makmur di Jawa Barat. Kerajaan itu di pimpin oleh seorang raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu. Raja itu dipanggil Raja Prabu. Tetapi keluarga kerajaan itu tidak memiliki seorang anakpun. Penasehat Prabu menyarankan agar raja dan ratu untuk mengangkat seorang anak. Panasehat “ Yang mulia, hamba sarankan agar Yang Mulia mengangkat seorang anak saja.” Raja Prabu “ Tidak! Bagi kami anak kandung adalah lebih baik daripada anak angkat.” Babak 2 Narator Sang Ratu sering murung dan menangis di balkon istana. Sang Rajapun ikut sedih melihat istrinya menangis. Raja Prabu “ Sudahlah bu kita akan memiliki seorang anak kelak nanti.” Ratu “ Ya tentu saja Tuanku.” Babak 3 Narator Sehingga, suatu hari Raja Prabu hendak pergi ke hutan untuk berdoa agar dikaruniai seorang anak. Raja Prabu “ Aku akan pergi ke hutan untuk berdoa.” Ratu “ Baiklah. Hati- hati di hutan tuanku. ” Babak 4 Narator Setelah beberapa bulan kemudia semenjak Raja Prabu berdoa di hutan, permohonan sang Rajapun terkabul, Sang Ratu mulai hamil. Ratu “ Prabu, aku hamil…” dengan wajah yang berseri- seri. Raja Prabu “ Benarkah itu???” dengan nada yang sedikit tak percaya. Ratu “ Ya benar.. Saya sudah ke tabib istana dan tabib mengatakan bahwa saya hamil.” Raja “ Benarkah?? Ini akan menjai kabar yang paling indah di kerajaan kita.” Babak 5 Narator Setelah 9 bulan lamanya Ratu mengandung, Ratupun melahirkan seorang Putri yang sangat cantik Putri itu diberi nama Nirwarna. Pndudukpun banyak mengiriminya mainan untung sang putrid. Ratu “ Lihatlah anak kita dia sangat lucu dan cantik, saya berharap agar dia tumbuh menjadi seorang putri yang cantik dan baik hati seperti wajahnya.” Raja Prabu “ Ya.. Saya yakin putri kita akan tumbuh menjadi putri yang sangat cantik dan baik hati.” Babak 6 Narator Kasih saying Raja dan Ratu yang selalu memberikan apapun yang diingini oleh Sang putri telah membuat anak itu tumbuh menjadi seorang Putri yang sangat manja. Bila keinginan sang Putri tak dikabulkan maka ia akan marah dan tak jarang dia berkata kasar kepada orang tuanya. Tetapi masyarakat dan orang tuanya masih tetap mencintainya. Purti “Bunda aku mau seekor kuda!!” Ratu “ Kita sudah memiliki banyak kuda di peternakan sayang.” Putri “ Tidak aku tidak mau yang ada di peternak! Aku mau kuda berwarna putih dengan bulu yang indah.” Ratu “ Kau sudah memilki 54 kuda. Bermainlah dengan kudamu yang sudah ada sayang.” Putri “ tidak aku tidak mau, dasar kau orang tua pelit.” Ratu “ Ahhh… Sayang apa yang kau katakan.” Putri “ Huh, dasar orang tua yang tak berguna.” Hikayat Talaga Warna, Bogor Zaman dahulu kala, wilayah Puncak, Bogor ini adalah sebuah kerajaan yang makmur. Kerajaan ini bernama Kutatanggeuhan. Dipimpin oleh seorang Raja yang Adil bijaksana, bernama Prabu Suarnalaya dengan permaisurinya bernama Purbamanah. Di bawah kepemimpinannya rakyat hidup sejahtera, karena memang alam yang subur telah memberi kehidupan yang layak buat semua masyarakat. Di tengah semua kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya, sesunggunya Raja sedang merasa risau dan sedih. Perkawinan nya yang sudah memasuki tahun ke-20 tidak juga di beri keturunan. Berbagai macam cara telah di lakukan oleh semua cerdik pandai di negeri Kutatanggeuhan. Akhirnya mereka semua menyerah dan menyarankan Raja untuk mengangkat anak saja sebagai penerusnya. Namun Raja menolak semua saran ini. Akhirnya Prabu Suarnalaya memutuskan untuk bertirakat dan bertapa selama beberapa lama di Puncak Gunung Gede. Di hari kedua, datang seorang malaikat menyapanya, “Wahai prabu Suarnalaya, sebaiknya kamu pulang saja, nasib mu sudah di putuskan, tidak akan ada keturunan darimu. Kamu sebaiknya mengangkat anak saja”. Sang Raja sangat marah mendengar ini.” Wahai malaikat, kenapa aku tidak diberi keturunan, bukankah selama ini aku selalu berbuat baik?” serunya. Malaikat tidak memperdulikannya dan segera pergi. Sang Raja termenung di pertapaannya. Diapun kembali bersemedi dan berkata dalam hati, aku akan terus bertapa disini sampai ada yang bisa mengabulkan permintaanku, sekalipun itu iblis. Di minggu kedua, Raja sudah hampir menyerah, ketika satu suara membangunkannya. Wahai Raja Katatangeuhan, kulihat kau sangat ingin punya anak? Satu suara tanpa wujud datang dari arah samping nya. Dengan wajah masih diliputi kekagetan sang raja berkata, “Ya benar…, ku tak akan pulang sampai ada yang mampu mengabulkan permintaanku. Siapa anda? Tolong tunjukan wujud mu?” Hening sesaat… “Tak perlu lah kau lihat wujud ku, Aku Iblis penunggu mata air Ciburial sanggup mengabulkan permintaan mu.” seru suara itu lagi. Benarkah itu? Jawab Raja dengan penuh harap. “Ya, namun ada syaratnya?” Sahut sang Iblis. “Apa pun syarat nya akan aku penuhi.” seru Raja dengan Mantap. Baiklah seru iblis, “Takdirmu sebenarnya memang tidak akan mempunyai keturunan. Tapi karena kau memaksa maka akan aku kabulkan. Namun harus kau ingat, anak ini kuciptakan dari mata air milikku, jangan pernah kau sakiti dia. Sekali kau memarahinya, maka kau akan kehilangan dia selama-lamanya.” “Aku akan menyayangi dan selalu membuatnya bahagia, aku berjanji” seru Sang Raja. Suara gaib itu kembali berujar, “Sekarang kau pulanglah dan nantikan kehadiran anakmu dari Rahim isterimu.” Gua tempatnya bertapa kembali hening, hanya terdengar gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Rajapun segera beranjak dari pertapaannya dan segera pulang dengan hati yang gembira. ***** Beberapa bulan kemudian Sang Permaisuri hamil. Kenyataan itu disambut suka cita Sang Prabu, dan seluruh rakyatnya. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Bayi perempuan itu lantas diberi nama Nyi Ajeng Gilang Rinukmi, kadang disebut Putri Ayu Kencana Ungu. Hari demi hari pun berlalu dengan penuh kebahagiaan. Prabu Suarna laya dan istrinya sangat memanjakan anak semata wayang nya ini. Apapun keinginan sang putri akan diturutinya. Anak ini sedari kecil sudah sangat nakal, sehingga sang Raja sudah sangat kewalahan mengasuhnya. Tapi tidak ada seorangpun yang berani memarahainya. Prabu Suarnalaya dan istrinya sangat khawatir dengan perjanjian yang telah mereka lakukan dengan penunggu mata air Ciburial. Putri yang cantik namun sayangnya dengan perangai yang sangat buruk. Sang Prabu sudah kehilangan akal untuk mengendalikan sikap putrinya. Namun rasa sayang mengalahkan semua kekecewaan pada putrinya ini. Putrinya sangat Nakal Pada Usia yang ke-17 tahun, sang putri ingin merayakan ulang tahunnya dengan besar-besaran. Prabu Suarnalaya pun berusaha mencari perhiasan yang unik dan indah dari pelosok negeri. Rakyat yang memang sangat mencintai sang raja pun ikut membantu. Terkumpulah batu-batu indah, berwarna-warni. Berwisata di Telaga Warna Puncak Bogor Bersama Keluarga Puncak adalah tujuan wisata yang umum pilihan warga ibukota lokal maupun manca negara untuk menghabiskan akhir pekan. Namun wilayah Puncak ada tempat wisata alam yang wajib di kunjungi danau telaga warna. Telaga Warna yang terletak di kota Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor terletak sekitar 200 meter dari Resto Rindu Alam setelah Masjid Al-Ta’awun. Telaga Warna Puncak Cisarua Ciseureuh dikelilingi oleh perkebunan teh dan di sebelah barat berbatasan dengan perkebunan Gunung Mas tepatnya masuk Cisarua, Kabupaten Bogor. Sebelum taman ini ditunjuk untuk tempat pariwisata pada tahun 1972, daerah Telaga Warna Puncak Pass Cisarua Bogor, merupakan bagian dari Hutan Hutan Cagar Alam Gunung Mega Mountain Region Covered dan Hambalang. Telaga Warna Puncak di Cisarua Bogor, bisa bermain flying fox untuk menguji addrenalin anda dan sekeluarga. Selain itu, Anda dapat duduk dan menikmati hutan hijau, danau yang tenang, angin, atau hanya bermain perahu. Telaga Warna dengan kecantikannya mengungkapkan bahwa kata-kata tidak cukup. Ini adalah sebuah danau yang sangat indah. Di belakangnya, Telaga Warna hampir tanpa diketahui menyembunyikan cerita. Mitos Telaga Warna Mitos 2 ikan purba dibalik keindahan alam dan udara yang sejut, nuansa misitik juga menyelimuti lokasi tersebut. menurut masyrakat sekitar, di telaga ini hidup 2 ekor ikan purba berwarna hitam dan kuning. menurut supandi, apabila ada orang yang mampu melihat iakan besar tersebut dan meloncat ke atas permukaan telaga, maka segala cita-cita nya akan tercapai dan terkabul. mitos lain yang dipercayai masyarakat setempat ialah bagi siapa yang membasuh muka dengan air telaga ini, akan selalu terlihat awet muda. di sisi lain, terdapat pula sebuah legenda unik yang berkembang secara turun temurun dikalangan msyarakat sekitar mengenai asal mula terbentuk nya danau telaga warna. dahulu kala, tutur supandi, di kawasan puncak tepatnya di lereng gunung lemo sekitar pegunungan mega mendung terdapat sebuah kerajaan besar bernama kerajaan kutatanggeuhan. nama kerajaan ini berasal dari kata kuta’ yang berarti tempat dan tanggeuhan’ yang berarti andalan. kerajaan ini sering disebut kerajaan kemuning kewangi. kerajaan ini di pimpin oleh seorang raja bernama prabu swarnalaya. beliau di dampingi seorang permaisuri bernama ratu purbamanah. Cerita Rakyat Telaga Warna Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu. Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah. Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya. Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri. Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya. demikianlah artikel dari mengengai Asal Usul Telaga Warna Pengertian, Legenda, Sejarah, Misteri, Naskah Drama, Hikayat, Wisata, Mitor, Cerita, Gambar, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

AsalUsul Telaga Warna Asal Usul Telaga Warna. Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. "Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat," sahut mereka. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu

Dongeng sunda sasakala talaga warna – Pada dongeng kali ini akan menceritakan tentang asal-usul atau awal mula Wisata Telaga warna atau dalam bahasa sunda “Talaga warna” cerita yang berasal dari desa tugu, di kecamatan cisarua Kabupaten Bogor, yang berada tepat di kawasan Puncak Bogor."Sasakala talaga warna merupakan dongeng yang berasal dari daerah desa tugu, kecamatan cisarua Kabupaten Bogor, Jawa Barat."Keistimewaan Talaga WarnaKeistimewaan yang terdapat di talaga warna yaitu airnya yang terkadang dapat berubah warna hingga tujuh warna setiap saat. Terkadang menjadi hijau seakan menyatu dengan warna pepohonan yang ada di sekitarnya, berwarna cokelat, kuning gelap, hingga berwarna kuning ilmiah, perubahan ini disebabkan oleh ganggang di telaga, yaitu sejenis Tumbuhan algae yang dapat berubah-ubah warnanya, jadi seolah-olah air danau tersebut terlihat berubah warna. Namun ada juga yang berpendapat lain, bahwa perubahan tersebut disebabkan karena adanya pantulan sinar matahari yang menyinari tumbuh-tumbuhan di sekitaran lainnya di tempat ini adalah adanya berbagai jenis flora asli hutan tropika dari pegunungan, seperti paku tiang, rame, dan rotan. serta aneka jenis satwa yang hidup di dalam kawasan cagar alam talaga warna yang berkembang di masyarakatAdanya 2 Ikan purba?Di balik keindahan alam dan udara pegunungannya yang sejuk, mitos dan nuansa mistik pun menyelimuti lokasi tersebut. Menurut masyarakat yang tinggal sekitar tempat tersebut, di telaga ini hidup 2 ekor ikan purba yang berwarna hitam dan kuning dari dahulu kala, yang bernama Layung ikan merah dan Tihul ikan hitam yang konon sampai saat ini masih ada di ini jarang muncul ke permukaan hingga ada kepercayaan di masyarakat, bahwa barang siapa yang bisa melihat dua ikan ini maka semua cita-citanya bakal tercapai. Selain itu Masyarakat juga percaya bahwa air dari Talaga Warna ini punya khasiat dan bisa digunakan untuk ini yang membuat banyak orang mengambil airnya untuk obat, bahkan pada bulan dan hari tertentu tempat ini sering dijadikan tempat ziarah oleh masyarakat yang mempercayai hal tersebut. Sebagian orang memang ada yang percaya dengan cerita legenda atau sasakala itu, namun tidak sedikit dari banyak pengunjung yang datang ke Telaga Warna hanya untuk juga Kumpulan 15+ dongeng sunda legenda sasakala di jawa baratArea kawasan Telaga Warna ini sendiri ditetapkan sebagai Kelompok Hutan oleh Surat Keputusan Gubernur Belanda pada tahun 1927. Dan berikut ini adalah beberapa foto yang memperlihatkan susasana di talaga warna pada jaman oleh talaga warnaDi sisi lain dari mitos di telaga ini juga terdapat pula sebuah legenda unik yang berkembang secara turun temurun di kalangan masyarakat sekitar mengenai asal mula terbentuknya danau ini, yang sekaligus akan kita ceritakan pada dongeng sunda sasakala talaga warna Legenda, Telaga Warna terjadi karena ulah dari seorang putri manja yang bernama Putri Gilang Rukmini dari kerajaan Kutatanggeuhan yang menolak hadiah ulang tahun dari orang tuanya berupa kalung berlian. Dan berikut adalah dongeng telaga warna dalam bahasa sunda dan artinya Sunda Sasakala Talaga WarnaJaman baheula, di daerah puncak bogor leuwih tepatna di lamping gunung lemo sakitaran pagunungan mega mendung aya sahiji karajaan nu ngarana kutatanggeuhan. Ngaran karajaan ieu teh asalna tina kecap "Kuta" nu miboga harti tempat jeung "Tanggeuhan" nu hartina andalan. Karajaan ieu oge sok di sebut karajaan kemuning kutatangguhan di pingpin ku saurang raja Prabu Swarnalaya, nu istrina prameswari nu ngarana ratu purbamanah. Di mangsa kapamingpinnana, kerajaan ieu teh ka koncara damai, subur, makmur, jeng tengtrem, teu aya hiji oge kaluarga anu ka kurangan kadaharan. Namun sanajan kitu, prabu Swarnalaya jeung prameswari can ngarasa mang taun-taun lilana kawin maranehana encan di karuniaan pun anak. Padahal sagala cara geus dilakukeun, saperti nginuman jamu tradisional, nepi ka menta saran ka panasehat karajaan, tapi angger weh teu aya hasilna. Saterusna sang raja Swarnalaya mutuskeun pikeun tatapa di babaraha lilana, ahirna raja menang hiji wangsit, ku ijin ti kawasa sageus babaraha bulan prameswari teh hamil jeung ngalahirkeun putri anu gumelis kacida, nu di bere ngaran nyi ajeng gilang rinukmi atawa sok disebut oge putri ayu kencana saking nyaahna ka putrina, sagala kahayang diturutkeun kabeh, da puguh anak hiji-hijina. Saparantos putrina rumaja, sang raja ngayakeun pesta jeung merekeun hadiah ka mangrupa nyi ajeng gilang rinukmi kalah embungeun narima hadiah eta, malah dipiceun jeung dialungkeun nepi kalung nu tina inten berlian eta awur-awuran, tutungna indungna ceurik teu jeung kitu, aya sahiji kajadian dimana aya lini gede ngagoncang jeung kaluar cai tina jero taneuh, nu mikin lila mikin ngagedean, nepi ka ahirna ngalelepkeun karajaan kutatanggeuhan jeung sagala jero dasar talaga sok mancarkeun cahya nu warna-warni, nu ceuk beja mah asalna tina kalung inten berlian kasebat, ku sabab kitu talaga eta dingaranan talaga warna Dongeng TerjemahannyaJaman dahulu, di daerah puncak bogor lebih tepatnya di lereng gunung lemo sekitaran pegunungan mega mendung ada sabuah kerajaan yang bernama kutatanggeuhan. Ngaran kerajaan ini berasal dari kata "Kuta" yang memiliki arti tempat dan "Tanggeuhan" yang artinya andalan. Karajhaan ini juga suka dibut dengan kerajaan kemuning kutatangguhan di pimpin oleh seorang prabu swarnalaya, yang istrinya permaisuri bernama ratu purbamanah. Di masa kepemimpinannya, kerajaan ini terkenal damai, subur, makmur, dan tentram, tidak ada satu keluarga pun yang kekurangan makanan. Meskipun demikian, prabu swarnalaya dan permaisuri belum merasa bertahun-tahun lamanya menikah mereka belum dikaruniai seorang anak. Padahal segala cara sudah dilakukan, seperti meminum jamu tradisional, sampai memintaa saran ka penasehat kerajaan, tapi tetap saja tidak ada hasilnua. Seterusnya sang raja swarnalaya memutuskan untuk bertapa di beberapa lama, akhirnya raja mendapatkan sebuah wangsit, atas ijin yang kuasa sesudah beberapa bulan permaisuri hamil dan melahirkan anak perempuan yang cantik sekali, yang di berinama nyi ajeng gilang rinukmi atau biasa disebut juga putri ayu kencana begitu sayangnya ke putrinya, segala keinginan putrinya di berikan semua, karena anak satu-satunya. Sesudah putrinya remaja, sang raja mengadakan pesta dan memberikan hadiah berupa nyi ajeng gilang rinukmi malah tidak mau menerima hadiah itu, malah membuang dan melemparkannya sampai kalung dari intan berlian tersebut berceceran. Ujung-ujungnya ibunya menangis tak dengan itu, ada suatu kejadian dimana ada gempa besar mengguncang dan keluar air dari dalam tanah, yang makin lama semakin membesar, sampai akhirnya menenggelamkan kerajaan kutatanggeuhan dan segala dalam dasar telaga suka memancarkan cahaya yang berwarna-warni, ada yang bilang asalnya dari kalung intan berlian tersebut, oleh sebab itu lah telaga itu diberi nama telaga demikianlah dongeng sunda sasakala talaga warna dan artinya beserta keistimewaan, sejarah, dan mitos yang terdapat di telaga warna yang ada dikalangan masyarakat yang tinggal di sekitar tempat tersebut, khususnya di desa tugu, kecamatan cisarua Kabupaten Bogor, Jawa juga Dongeng Sunda Sasakala Situ Bagendit, Kesimpulan jeung Ringkasana
Kutatanggeuhanadalah sebuah kerajaan yang makmur dan damai. Raja kutatanggeuhan bernama prabu suwartalaya dan permaisurinya bernama ratu. Cerita Rakyat "Telaga Warna" Dalam Bahasa Inggris Banyak wisata alam di kawasan dieng kabupaten wonosobo yang menarik untuk di kunjungi seperti halnya puncak sikunir, padang savana, dan kawah sikidang terlebih.

Di Indonesia ada dua telaga warna yang menjadi salah satu tempat wisata populer. Yakni telaga warna puncak Bogor Jawa Barat dan telaga warna Dieng Wonosobo Jawa Tengah. Artikel ini akan menceritakan legenda telaga warna puncak Bogor Jawa Barat. Asal mula telaga warna merupakan contoh cerita fiksi yang cukup melegenda di kalangan masyarakat Jawa Barat. Dalam cerita ini banyak pesan moral yang dapat kita ambil hikmahnya. Bagaimana asal usul telaga warna di Jawa Barat? Berikut kisahnya. Keinginan Raja dan Ratu untuk Memiliki AnakRaja dan Ratu Bertapa Agar Memiliki AnakKelahiran Putri RajaHadiah untuk Sang PutriAsal Mula Telaga WarnaUnsur Intrinsik Asal Mula Telaga WarnaTemaTokoh dan PerwatakanAlurLatarSudut PandangAmanat / Pesan MoralFakta Menarik Telaga WarnaMenjadi Tempat WisataPenjelasan Ilmu Sains Tentang Perubahan Warna TelagaPenutup Keinginan Raja dan Ratu untuk Memiliki Anak Pada zaman dahulu, di Provinsi Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang tenang dan makmur. Rakyatnya makmur dan sejahtera karena di pimpin seorang raja dan ratu yang bijaksana. Kerajaan tersebut bernama Kerajaan Kutatanggeuhan. Nama Raja Kutatanggeuhan adalah Prabu Suwartalaya. Nama ratu kerajaan tersebut adalah Ratu Purbamanah. Namun, kesenangan rakyatnya tidak sama dengan Raja dan Ratu. Hingga saat ini, Raja dan Ratu belum memiliki anak. Hal inilah yang menjadikan keduanya tidak bahagia, meskipun memimpin kerajaan yang makmur dan sejahtera. Sering kali Raja melihat Ratu menangis karena mendambakan seorang anak. Tentu saja keadaan ini membuat Raja sedih. Sebenarnya Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah sudah melakukan berbagai upaya agar memiliki anak. Salah satunya dengan mendatangkan banyak dukun untuk membacakan mantra agar Ratu hamil. Dan juga mereka berdua sering meminum bermacam-macam ramuan agar dapat memiliki keturunan. Namun, upaya yang dilakukan tidak membuahkan hasil sehingga keduanya sering di landa kesedihan yang mendalam. Karena sudah lama belum memiliki keturunan, suatu hari penasehat Kerajaan menyarankan mereka untuk mengangkat anak. Anak yatim piatu cukup banyak di Kerajaan Kutatanggeuhan. Anak yatim piatu itu berasal dari perwira dan prajurit Kerajaan yang gugur di medan perang. Raja dan Ratu di sarankan untuk mengangkat anak yatim piatu tersebut. Namun, keduanya tidak setuju. Dengan pertimbangan bahwa mereka masih mau berusaha untuk memiliki anak kandung. Dan memiliki anak kandung tentu saja akan berbeda rasanya dengan anak angkat. Raja dan Ratu Bertapa Agar Memiliki Anak Hingga suatu hari Raja dan Ratu memutuskan untuk bertapa di hutan selama beberapa minggu. Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah pamit utuk meninggalkan kerajaan dalam beberapa minggu. Sang Prabu meminta orang kepercayaannya untuk menjaga dan memerintah kerajaan selama Raja dan Ratu bertapa. Selama bertapa, Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah fokus untuk meminta keturunan. Hingga pada suatu hari ada suara tanpa wujud seolah sedang menjawab apa yang mereka inginkan. Suara tanpa wujud itu kemudian menanyakan maksud dan tujuannya bertapa kepada sepasang suami istri. Pasangan suami istri kemudian menjawab bahwa mereka ingin memiliki keturuan. Selanjutnya, suara itu menyuruh Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah untuk kembali ke Kerajaan Kutatanggeuhan. Kemudian selang beberapa minggu setelah keduanya bertapa di hutan, Ratu Purbamanah mulai menunjukkan tanda kehamilan. Setelah di cek, ternyata Ratu benar hamil. Berita baik ini langsung menyebar ke seluruh wilayah Kerajaan Kuta Tanggeuhan. Rakyat bersuka cita menyambut kabar baik tentang kehamilan Ratu. Dan para rakyat membanjiri istana dengan hadiah sebagai ungkapan rasa bahagia. Kelahiran Putri Raja Setelah kurang lebih sembilan bulan Ratu mengandung, lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Putri raja Kerajaan Kutatanggeuhan diberi nama Putri Gilang Rukmini. Rakyat kerajaan Kutatanggeuhan kembali mengirimi hadiah ke istana sebagai ungkapan senang atas lahirnya anak raja. Putri kecil raja tumbuh menjadi anak yang cantik dan lucu di usianya yang masih kecil. Dan menjadi putri yang sangat cantik di usianya yang masih remaja. Raja dan Ratu sangat menyayangi anak satu-satunya itu. Mereka memberikan apapun yang putrinya inginkan. Namun, karena terlalu menuruti apapun yang di inginkan anaknya. Putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang manja. Meskipun Putri Gilang Rukmini menjadi putri paling cantik di Kerajaan. Namun dia memiliki sifat yang tidak sopan. Ketika keinginannya tidak terpenuhi, Gilang Rukmini akan marah bahkan mengeluarkan kata-kata yang kasar. Namun Raja dan Ratu tetap menyayanginya dan selalu memperlakukan Gilang Rukmini dengan baik. Baca Juga √ Ringkasan Cerita Rakyat Telaga Bidadari dan Unsur Intrinsiknya Hadiah untuk Sang Putri Suatu hari ketika Putri Gilang Rukmini berusia tujuh belas tahun, Kerajaan Kutatanggeuhan mengadakan pesta besar-besaran. Rakyatpun berlomba-lomba mengirim hadiah yang bagus seperti emas dan permata untuk sang putri. Prabu Suwartalaya mengumpulkan hadiah emas dan permata tersebut untuk di jadikan kalung yang cantik. Prabu Suwartalaya kemudian membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong ubah perhiasan ini menjadi kalung yang cantik untuk putriku tercinta”. Kata sang raja. “Dengan senang hati Yang Mulia Raja, hamba akan membuat kalung yang indah dan satu-satunya di dunia”. Jawab sang empu. Sang empu kemudian membuat kalung yang indah dengan sepenuh hati sesuai permintaan raja. Ketika hari perayaan tiba, hadiah perhiasan dari rakyat yang di kumpulkan raja berhasil di ubah menjadi kalung yang cantik oleh sang empu. Keindahan kalung tersebut membuat Raja dan Ratu kagum, sehingga keduanya yakin bahwa sang putri akan menyukainya. Seluruh rakyat pergi ke istana untuk merayakan ulang tahun putri Gilang Rukmini dengan penuh suka cita. Ketika Raja dan Ratu tiba di halaman istana, rakyat menyambut dengan penuh suka cita. Sambutan meriah semakin terdengar ketika sang putri muncul di hadapan semua orang. Seluruh rakyat mengagumi kecantikan sang putri. Di depan rakyat yang di pimpin dan di saksikan sang ratu, Prabu Suwartalaya memberikan kalung indah kepada Putrinya yakni Gilang Rukmini. “Putriku, kalung indah ini adalah hadiah untukmu. Pemberian rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan yang sangat mencintaimu. Hadiah ini mereka persembahkan hanya untukmu sebagai ungkapan syukur melihatmu tumbuh dewasa. Pakailah kalung ini putriku!”. Kata Prabu. Namun hal yang tak terduga terjadi. Sang putri tidak mau menerima kado ulang tahun itu. Putri Gilang melempar kalung itu di depan orang tua dan rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan yang mencintainya. Kalung yang indahpun menjadi rusak. Emas permatanya tersebar dimana-mana. “Aku tidak mau memakai kalung ini! Kalung ini sangat jelek!”. Sahut sang putri. Semua orang yang menyaksikan kejadian ini sangat kaget dan tidak menyangka dengan perlakuan sang putri. Seketika suasana menjadi hening, semua orang hanya bisa diam. Tiba-tiba terdengar suara tangis Ratu Purbamanah yang cukup keras. Dia tidak menyangka dengan sikap kurang sopan putrinya. Kemudian meledaklah tangis seluruh rakyat Kerajaan Kutatanggeuhan. Semua rakyat meneteskan air mata dan terus menangis. Sampai pada akhirnya air mata mulai membanjiri istana. Perlahan mata air muncul di halaman istana dan lama- lama alirannya semakin deras. Air terus keluar dari dalam bumi, sehingga menenggelamkan seluruh rakyat, raja, ratu dan sang putri. Volume air yang cukup banyak menenggelamkan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan. Hingga akhirnya tercipta sebuah telaga. Telaga ini selalu menampilkan warna yang berbeda di bawah sinar matahari, sehingga dikenal dengan sebutan Telaga Warna. Warna-warna itu di percaya masyarakat sebagai pantulan dari perhiasan Putri Gilang Rukmini yang menyebar di dasar telaga. Baca Juga √ Cerita Rakyat Asal Usul Kali Gajah Wong Unsur Intrinsik Asal Mula Telaga Warna Setelah membaca asal usul telaga warna secara keseluruhan, selanjutnya dapat kita analisis unsur intrinsiknya. Tema Tema CeritaTema cerita rakyat asal usul telaga warna adalah tentang anak yang durhaka pada orang tuanya. Karena perilaku durhakanya, datanglah suatu musibah yang menyebabkan dirinya dan semua orang di sekitarnya tenggelam hingga membentuk telaga. Tokoh dan Perwatakan Tokoh Cerita dan WataknyaTokoh utama dalam cerita rakyat ini ada tiga yaitu Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartayala adalah seorang raja Kerajaan Kutatanggeuhan yang bijaksana. Karena kebijaksanaan raja, rakyat hidup makmur dan sejahtera. Prabu Suwartayala juga di gambarkan sebagai sosok ayah yang mencintai putrinya dan penuh kasih sayang. Apapun yang putrinya inginkan, sang raja mengabulkannya. Ratu Purbamanah adalah istri Prabu Suwartalaya sekaligus Ratu Kerajaan Kutatanggeuhan yang sabar dan penuh kasih sayang. Kesabaran Ratu di buktikan dengan sikapnya ketika menginginkan anak dan kesabarannya membesarkan putri yang manja. Kasih sayang ratu terhadap putri sudah tidak dapat di ragukan lagi. Ratu sangat memperlakukan putrinya dengan baik. Putri Gilang Rukmini adalah anak Raja dan Ratu Kerajaan Kutatanggeuhan. Pada cerita asal usul telaga warna putri kerajaan memiliki sifat yang manja, kasar dan perilakunya buruk. Meskipun terlahir cantik jelita. Perilaku buruk putri Gilang di gambarkan ketika dia melempar kalung pemberian ayahnya. Hal ini menunjukkan bahwa putri tidak bisa menghargai pemberian orang yang menyayanginya. Alur Alur CeritaAlur cerita telaga warna adalah alur maju. Di bagian awal menceritakan tentang Kerajaan Kutatanggeuhan yang makmur dan sejahtera. Kemudian muncul konflik yaitu raja dan ratu yang tidak memiliki keturunan. Konflik pertama mampu teratasi dengan lahirnya seorang putri raja. Konflik selanjutnya muncul kembali yakni putri raja memiliki kepribadian yang kurang baik karena Raja dan Ratu terlalu memanjakannya. Puncak konfliknya terjadi ketika Putri Gilang Rukmini membuang kalung pemberian raja yang sebenarnya hadiah dari rakyatnya. Kemudian cerita ini di tutup dengan munculnya sumber mata air karena kesedihan rakyat dan orang tua putri. Yang pada akhirnya mata air itu menenggelamkan seluruh wilayah Kerajaan Kutatanggeuhan dan menjadi sebuah telaga. Latar Latar CeritaLatar cerita dalam legenda telaga warna ada dua tempat. Yang pertama di Istana Kerajaan Kutatanggeuhan dan kedua Hutan tempat Raja dan Ratu bertapa. Sudut Pandang Sudut Pandang CeritaSudut pandang dalam legenda telaga warna adalah sudut pandang orang ketiga. Karena legenda ini menceritakan kisah orang lain dengan menggunakan kata ganti orang ketiga seperti mereka dan dia. Amanat / Pesan Moral Psan Moral Cerita Amanat yang terkandung dalam cerita asal mula telaga warna yaitu hargailah pemberian orang lain dalam bentuk apapun. Pesan moral lainnya adalah bersikap baiklah kepada orang tua, durhaka kepada orang tua hanya akan membawa petaka. Terlalu memanjakan anak akan membawa dampak yang kurang baik kedepannya. Perlakukan anak sewajarnya, terlalu sayang sampai memanjakannya itu tidak baik Fakta Menarik Telaga Warna Selain menyimpan legenda yang di percaya dalam kalangan masyarakat, ada beberapa fakta unik telaga warna Jawa Barat. Kira-kira apa ya? Simak pembahasan berikut ini. Menjadi Tempat Wisata Meskipun telaga warna berasal dari legenda yang menyedihkan. Ternyata telaga warna merupakan salah satu tempat wisata yang cukup populer di Jawa Barat. Banyak pengunjung yang datang ke tempat ini. Baik dari dalam negeri maupun pengunjung dari luar negeri. Ketika mengunjungi tempat wisata telahar warna, banyak hal yang dapat di lakukan oleh pengujung. Seperti naik sampan hingga ke tengah danau, memberi makan monyet liar di sekitar telaga hingga naik wahana flying fox. Kita juga dapat mengabadikan momen dengan mengambil foto-foto keren berlatar telaga warna. Pemandangan alam yang indah dan mempesona sayang untuk di lewatkan. Penjelasan Ilmu Sains Tentang Perubahan Warna Telaga Secara ilmiah, pergantian warna telaga di pengaruhi oleh ganggang yang tumbuh di telaga. Ganggang adalah tumbuhan jenis algae yang hidup di sekitar telaga dan mempengaruhi warna air. Jika matahari cerah tidak di tutupi awan, maka kita dapat melihat perubahan warna yang di pantulkan telaga. Terkadang warnanya berubah menjadi kuning, coklat hingga menjadi warna hijau yang menyatu dengan warna pepohonan sekitar telaga. Penutup Nah, itulah ringkasan cerita asal mula telaga warna Jawa Barat. Gimana? Menarik bukan asal usulnya? Semoga legenda di atas dapat menginspirasi kita semua.

AsalUsul Nama Trenggalek. Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun Sejarah tidak pernah ada yang menyinggung asal usul nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari Bupati Trenggalek Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak dari Warok Surogentho sampai tergila-gila 0% found this document useful 0 votes2K views2 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views2 pagesCerita Rakyat Asal Usul Telaga WarnaJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Indonesia Asal Usul Telaga Warna Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di - Sunda: Asalna Tasik Warna Baheula, aya hiji karajaan di Jawa Barat

– Sejarah asal usul dan legenda Telaga Warna memang menarik disimak karena menyimpan banyak pesan dan pelajaran bagi kita, khususnya kepada generasi muda untuk selalu menghormati dan menghargai orang Warna adalah salah satu objek wisata yang terkenal akan keindahan dan keunikannya di daerah Bogor, Jawa Barat. Dilatar belakangi areal persawahan dan perkampungan penduduk dengan gunung yang menjulang tinggi, menambah keindahan panorama alam yang sudah ada di sekitar Telaga Warna. Pengunjung akan merasa sangat betah jika berkunjung ke Telaga Warna Danau Telaga Warna di Cisarua, Bogor Jawa BaratTelaga Warna telah menjadi kawasan taman wisata sejak tahun 1972. Sebelumnya, kawasan Telaga Warna Puncak Pass Cisarua – Bogor, merupakan bagian dari Kawasan Cagar Alam hutan Gunung Mega Mendung dan hutan Gunung Hambalang di Jawa hari cerah, kita bisa melihat Telaga Sarangan penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun masyarakat setempat meyakini bahwa warna-warna itu berasal dari kalung seorang Putri yang tersebar di dasar nan indah dari Telaga Warna di BogorYa, konon terbentuknya Telaga Sarangan disebabkan oleh meluapnya air mata Raja, Permaisuri dan seluruh rakyat kerajaan Kutatanggeuhan saat itu. Pasalnya, sang Puteri satu-satunya telah membuat hati orang tuanya dan rakyat Kutatanggeuhan menjadi sangat sedih dan berlinang air mata hingga menjadi telaga yang adalah kisah dari legenda dan sejarah asal usul terbentuknya Telaga Warna selengkapnyaLegenda Telaga SaranganPada zaman dahulu kalau dikenal sebuah kerajaan yang makmur dan damai di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu sekali karena Prabu dan Ratu belum dikaruniai keturunan sehingga mereka selalu merasa kesepian. Rakyat pun sangat mengkhawatirkan keadaan ini, karena siapa yang akan menggantikan Prabu dan Ratu kelak?Akhirnya Raja memutuskan untuk bersemedi. Dia pergi ke gunung dan menemukan sebuah gua. Di sanalah dia bersemedi, berdoa kepada Tuhan supaya dikaruniai keturunan. Setelah berhari-hari Prabu Suwartalaya berdoa, suatu hari tiba-tiba terdengar suara gaib.“Benarkah kau menginginkan keturunan Prabu Suwartalaya?” kata suara gaib tersebut. “Ya! Saya ingin sekali memiliki anak!” jawab Prabu Suwartalaya. “Baiklah! Doamu akan terkabul. Sekarang pulanglah!” kata suara Prabu Suwartalaya pun pulang dengan gembira. Benar saja beberapa minggu kemudian, Ratu pun mengandung. Semua bersuka cita. Terlebih lagi ketika sembilan bulan kemudian Ratu melahirkan seorang putri yang cantik. Dia diberi nama Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya mengadakan pesta yang meriah untuk merayakan kelahiran putri mereka. Putri Gilang Rukmini pun menjadi putri kesayangan rakyat tahun telah berlalu, putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Sayang putri Gilang Rukmini sangat manja dan berperangai tidak baik, mungkin karena Prabu dan Ratu sangat memanjakannya. Maklumlah anak semata wayang. Apapun yang diminta oleh putri pasti segera dituruti. Jika tidak putri akan sangat marah dan bertindak kasar. Namun rakyat tetap mencintainya. Mereka berharap suatu hari perangai putri akan berubah dengan lagi putri Gilang Rukmini akan berusia tujuh belas tahun. Prabu Suwartalaya akan mengadakan pesta syukuran di istana. Semua rakyat boleh datang dan memberikan doa untuk putri Gilang berkumpul dan merencanakan hadiah istimewa untuk putri kesayangan mereka. Akhirnya disepakati bahwa mereka akan menghadiahkan sebuah kalung yang sangat indah. Kalung itu terbuat dari emas terbaik dan ditaburi batu-batu permata yang beraneka warna. Maka rakyat dengan sukarela menyisihkan uang mereka dan mengumpulkannya untuk biaya pembuatan hadiah tersebut. Mereka memanggil pandai emas terbaik di kerajaan untuk hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Rakyat berduyun-duyun datang ke halaman istana tempat pesta ulang tahun putri Gilang Rukmini diadakan. Di depan istana sudah berdiri sebuah panggung yang megah. Rakyat bersorak-sorai saat Prabu dan Ratu menaiki panggung. Apalagi ketika akhirnya putri Gilang Rukmini keluar dari istana dan melambaikan tangannya. Rakyat sangat gembira melihat putri yang cantik jelita. Pesta pun berlangsung dengan tiba saatnya rakyat mempersembahkan hadiah istimewa mereka. Mereka memberikan kotak berisi hadiah itu kepada putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya membuka kotak tersebut dan mengeluarkan kalung beraneka warna yang sangat indah dan memberikannya kepada putri Gilang Rukmini. putri Gilang Rukmini memandang kalung itu dengan kening Suwartalaya memandang putrinya, “Ayo nak, kenakan kalung itu! Itu adalah tanda cinta rakyat kepadamu. Jangan kecewakan mereka nak!”“Iya putriku. Kalung itu sangat indah bukan. Ayo kenakan! Biar rakyat senang,” kata Ratu Purbamanah. “Bagus apanya? Kalung ini jelek sekali. Warnanya norak, kampungan! Aku tidak mau memakainya!” teriak putri Gilang membanting kalung itu ke lantai hingga hancur. Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan rakyat Kutatanggeuhan hanya bisa tertegun menyaksikan kejadian itu. Lalu tangis Ratu Purbamanah pecah. Prabu dan Ratu begitu sedih dan terpukul melihat kelakuan semua yang hadir pun meneteskan air mata, hingga istana basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah. Konon, danau tersebut yang kini kita kenal sebagai Telaga Sarangan. 10 TOPIK MENARIK LAINNYApolo artinya dalam bahasa Jawa, kuku perkutut, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin ocp4Q8J.
  • tjdv6mtq28.pages.dev/496
  • tjdv6mtq28.pages.dev/268
  • tjdv6mtq28.pages.dev/370
  • tjdv6mtq28.pages.dev/373
  • tjdv6mtq28.pages.dev/90
  • tjdv6mtq28.pages.dev/215
  • tjdv6mtq28.pages.dev/360
  • tjdv6mtq28.pages.dev/367
  • asal usul telaga warna dalam bahasa jawa